ANDYWALL

IDENTIFY YOUR PASSION THEN DESIGN YOUR FUTURE

Bagi Kamu Halak Batak







Perilaku kultural Batak di daerah perantauan sudah semakin berubah yang dulu katanya orang Batak di perantauan sangat kompak dan harmonis karena senang kalau dijumpanya kawan sesama orang Batak di perantauan nan jauh disana. kini kisahnya sudah terbalik dan ini bukan hidup di era jaman dulu, sekarang jamannya sudah beda lae.Begitulah mungkin menggambarkan perilaku orang Batak pada saat ini. Jangankan di perantauan, di Medan saja saat ini anak-anak muda Batak sudah mulai masa bodoh sama dongan tubu yang manggil appara, banyak juga yang tidak tahu apa itu appara. Tak banyak pula yang sudah mulai menanggalkan marganya dengan alasan beragam. Aduhh mak, padahal budaya batak itu mantap kali kurasa. Yang cemananya anak muda Batak sekarang ini, yang engga diajari Mamak Bapaknya dirumah hurippu nuaeng. Kadangpun kalau lagi cakap yang baru kenal, biasanya kalau orang dulu sama akupun sama, tak kutanya siapa namanya. Yang pertama kutanya marga apa? Boru apa? Siapa tahu dongan tubu atau manatau pariban (banyak kujumpa pariban). Tapi sekarang beda kenyataannya, mana peduli lagi kawan-kawan sama lawan bicaranya ntah marga atau boru apapun dia. Itulah memang pengalaman yang terjadi. Karna ga ditanya marga, rupanya ito malah pacaran pulak si kawan sama itonya yang semarga. Padahal ada umpasa mengatakan “Jolo tiniktik sanggar laho bahenon huru-huruan, jolo sinukkun marga asa binoto partuturan”. Tapi sudahlah, kurasapun masih banyak yang gak ngerti maksudnya apa ini, alai dang binoto marbahasa batak. Banyak itu, apalagi boru batak sekarang. Ahh, ngerilah.

Perilaku kultural suku Batak sudah semakin berubah mungkin karena berubahnya lapangan hidup yang semula bersifat agraris atau petani, beralih menjadi buruh, pegawai dan pebisnis. Kondisi ini dimotivasi barangkali berlomba mengejar materi dan status sosial, kalau sudah kaya raya dipagari rumahnya dan dilapisi dinding baja (hahaha lebay). Terakhir, tak pernah lagi bercengkramah lae sana dengan lae disebelah karena dinding pemisah. Kalau orang tua dulu katanya bisa tahu si Polan yang kampung sebelah dimana rumahnya. Sekarang jangan tanya, cari aja di google Map ninna.
Inilah mungkin kondisi kita yang sedang berhadapan dengan ciri-ciri hidup modern, yaitu :

1.       Individualistis
2.       Materialistis
3.       Konsumerisme, serta
4.       Hedonisme

Itulah yang terjadi, sampai-sampai ada juga karena dikatakan Batak itu kuno timbullah trends muda-mudi Batak melecehkan kegunaan ajaran Adat Dalihan Na Tolu pada saat ini. Tahu apa itu Dalihan Na Tolu? Bahwa di dalam ajaran Dalihan Na Tolu tercakup 3 (tiga) jenis sikap batin, yaitu :
1.       Manat mardongan tubu, konsepsi menghormati “teman semarga dan/atau tetangga terdekat” untuk mencegah salah paham pelaksanaan acara adat.
2.       Elek marboru, konsepsi melindungi pihak yang menikahi putri. Marga dan/atau sikap “empati terhadap pihak yang mampu memberikan bantuan tenaga” dalam pelaksanaan acara adat.
3.       Somba marhula-hula, konsep menghargai tempat asal ibu (tulang), istri, menantu dan/atau tetangga yang dituakan agar dengan cara itu pihak hula-hula selalu mampu memberikan bantuan moril dan berdoa berkat dalam pelaksanaan acara adat.

Padahal, ini dari nenek moyang halak batak sangat diperjuangkan. Karena pada waktu kita melaksanakan ajaran Dalihan Na Tolu ini, kita akan mendapat pengharapan untuk mampu mencapai derajat hatuaon (kebahagiaan didalam diri). Secara sadar, mungkin inilah tantangan bagi kita saat ini. Kuatnya pengaruh dari luar diri kita, yang sampai membawa kita lupa diri siapa sebenarnya diri kita. Seharusnya malah mampu mengontrol diri dan mengantisipasi hal yang semakin buruk terjadi. Boru batak yang saat ini tertarik menonton tujuh manusia serigala, mungkin bukan ceritanya yang diikuti tapi karena Alihando (pemerannya) yang diperhatikan. Banyak sekali tantangan.
Pola kehidupan orang Batak yang semakin dibiar-biarkan terus menerus, bisa saja mengakibatkan efek buruk kedepannya. Niscaya budaya suku orang Batak akan bergeser menjadi westernisasi atau lebih menonjolkan ajaran injil Kharismatik yaitu :
-          Tingkat perceraian akan meningkat
-          Tingkat sengketa harta warisan akan meningkat (tak peduli lagi saudara kandung, yang penting harta warisan anak istri bisa hidup)
-          Hubungan kekerabatan yang merenggang (putus hubungan kekerabatan dengan Bona Pasogit) disebabkan karena ketidakpedulian anak-anak muda tadi dengan marga contohnya.

Terkhusus buat anak-anak muda Batak, mari tetap menjunjung budaya suku Batak kalau memang kita orang Batak. Jangan tinggalkan warisan budaya nenek moyang kita, mulailah peka terhadap sesama dongan halak Batak. Tetap kompak dan jaga keharmonisan. Jangan sombong dan tidak perduli. Bege hamu ungkapan orang Batak dalam kaidah moral Dalihan Na Tolu yang paling utama “Pantun Hangaluan Tois Hamagaon” (kesantunan membawa kemajuan, kesombongan membawa kehancuran). Pakailah ungkapan ini kemana saja Anda berpergian atau mengingjakkan kaki dan kepada siapa saja.

Semoga sukses Halak Batak selalu.

0 Response to " Bagi Kamu Halak Batak "

Posting Komentar

silahkan berikan komentar Anda