Perilaku kultural Batak di daerah
perantauan sudah semakin berubah yang dulu katanya orang Batak di perantauan
sangat kompak dan harmonis karena senang kalau dijumpanya kawan sesama orang
Batak di perantauan nan jauh disana. kini kisahnya sudah terbalik dan ini bukan hidup di era jaman dulu, sekarang jamannya sudah beda lae.Begitulah mungkin menggambarkan perilaku orang Batak pada saat ini. Jangankan di perantauan, di Medan saja
saat ini anak-anak muda Batak sudah mulai masa bodoh sama dongan tubu yang
manggil appara, banyak juga yang tidak tahu apa itu appara. Tak banyak pula
yang sudah mulai menanggalkan marganya dengan alasan beragam. Aduhh mak,
padahal budaya batak itu mantap kali kurasa. Yang cemananya anak muda Batak
sekarang ini, yang engga diajari Mamak Bapaknya dirumah hurippu nuaeng. Kadangpun
kalau lagi cakap yang baru kenal, biasanya kalau orang dulu sama akupun sama,
tak kutanya siapa namanya. Yang pertama kutanya marga apa? Boru apa? Siapa tahu
dongan tubu atau manatau pariban (banyak kujumpa pariban). Tapi sekarang beda
kenyataannya, mana peduli lagi kawan-kawan sama lawan bicaranya ntah marga atau
boru apapun dia. Itulah memang pengalaman yang terjadi. Karna ga ditanya marga,
rupanya ito malah pacaran pulak si kawan sama itonya yang semarga. Padahal ada
umpasa mengatakan “Jolo tiniktik sanggar
laho bahenon huru-huruan, jolo sinukkun marga asa binoto partuturan”. Tapi sudahlah,
kurasapun masih banyak yang gak ngerti maksudnya apa ini, alai dang binoto
marbahasa batak. Banyak itu, apalagi boru batak sekarang. Ahh, ngerilah.
Perilaku kultural suku Batak
sudah semakin berubah mungkin karena berubahnya lapangan hidup yang semula
bersifat agraris atau petani, beralih menjadi buruh, pegawai dan pebisnis.
Kondisi ini dimotivasi barangkali berlomba mengejar materi dan status sosial,
kalau sudah kaya raya dipagari rumahnya dan dilapisi dinding baja (hahaha
lebay). Terakhir, tak pernah lagi bercengkramah lae sana dengan lae disebelah
karena dinding pemisah. Kalau orang tua dulu katanya bisa tahu si Polan yang
kampung sebelah dimana rumahnya. Sekarang jangan tanya, cari aja di google Map
ninna.
Inilah mungkin kondisi kita yang
sedang berhadapan dengan ciri-ciri hidup modern, yaitu :
1. Individualistis
2. Materialistis
3. Konsumerisme,
serta
4. Hedonisme
Itulah yang terjadi,
sampai-sampai ada juga karena dikatakan Batak itu kuno timbullah trends
muda-mudi Batak melecehkan kegunaan ajaran Adat Dalihan Na Tolu pada saat ini. Tahu
apa itu Dalihan Na Tolu? Bahwa di dalam ajaran Dalihan Na Tolu tercakup 3
(tiga) jenis sikap batin, yaitu :
1. Manat mardongan tubu, konsepsi
menghormati “teman semarga dan/atau
tetangga terdekat” untuk mencegah salah paham pelaksanaan acara adat.
2. Elek marboru, konsepsi melindungi pihak
yang menikahi putri. Marga dan/atau sikap “empati
terhadap pihak yang mampu memberikan bantuan tenaga” dalam pelaksanaan
acara adat.
3. Somba marhula-hula, konsep menghargai
tempat asal ibu (tulang), istri, menantu dan/atau tetangga yang dituakan agar dengan
cara itu pihak hula-hula selalu mampu
memberikan bantuan moril dan berdoa berkat dalam pelaksanaan acara adat.
Padahal, ini dari nenek moyang
halak batak sangat diperjuangkan. Karena pada waktu kita melaksanakan ajaran
Dalihan Na Tolu ini, kita akan mendapat pengharapan untuk mampu mencapai
derajat hatuaon (kebahagiaan didalam
diri). Secara sadar, mungkin inilah tantangan bagi kita saat ini. Kuatnya pengaruh
dari luar diri kita, yang sampai membawa kita lupa diri siapa sebenarnya diri
kita. Seharusnya malah mampu mengontrol diri dan mengantisipasi hal yang
semakin buruk terjadi. Boru batak yang saat ini tertarik menonton tujuh manusia
serigala, mungkin bukan ceritanya yang diikuti tapi karena Alihando
(pemerannya) yang diperhatikan. Banyak sekali tantangan.
Pola kehidupan orang Batak yang
semakin dibiar-biarkan terus menerus, bisa saja mengakibatkan efek buruk
kedepannya. Niscaya budaya suku orang Batak akan bergeser menjadi westernisasi
atau lebih menonjolkan ajaran injil Kharismatik yaitu :
-
Tingkat perceraian akan meningkat
-
Tingkat sengketa harta warisan akan meningkat
(tak peduli lagi saudara kandung, yang penting harta warisan anak istri bisa
hidup)
-
Hubungan kekerabatan yang merenggang (putus
hubungan kekerabatan dengan Bona Pasogit)
disebabkan karena ketidakpedulian anak-anak muda tadi dengan marga contohnya.
Terkhusus buat anak-anak muda
Batak, mari tetap menjunjung budaya suku Batak kalau memang kita orang Batak. Jangan
tinggalkan warisan budaya nenek moyang kita, mulailah peka terhadap sesama
dongan halak Batak. Tetap kompak dan jaga keharmonisan. Jangan sombong dan
tidak perduli. Bege hamu ungkapan orang Batak dalam kaidah moral Dalihan Na
Tolu yang paling utama “Pantun Hangaluan
Tois Hamagaon” (kesantunan membawa kemajuan, kesombongan membawa
kehancuran). Pakailah ungkapan ini kemana saja Anda berpergian atau
mengingjakkan kaki dan kepada siapa saja.
Semoga sukses Halak Batak selalu.
0 Response to " Bagi Kamu Halak Batak "
Posting Komentar
silahkan berikan komentar Anda