“Serang......” teriak barisan depan teman-temanku dengan tanpa
takut sedikitpun. aku ada di barisan depan juga tapi gada megang senjata sama sekali, modal nekat dengan tangan kosong aku beranikan diri di barisan itu dengan tujuan dapatin salah satu dari mereka untuk disekap dan ditawan.
“bawak dia sini, tarik cepat....” dengan suara tergesa-gesa lawan
kamipun menarikku sampai kebelakang dan tetap menembak dengan pistol
masing-masing untuk tetap dalam posisi bertahan dan sedikit demi sedikit mundur
ke markas mereka. Waktu itu aku merasa ketakutan dan gatau mau ngelakuin apa. Aku sempat ngelawan sampe gabisa diri karna diseret dengan sangat tangguh sama mereka.
Tak disangka aku yang rencana awal seharusnya bisa menarik salah
satu dari antara mereka ternyata malah sebaliknya. Dasar anak bodoh... hahaha..
Ya.. ini semasa kecilku saat masih duduk di bangku SD kelas 4 di
bagian kota siantar tepatnya di jalan nagur, menjadi budaya setiap kali di
bulan puasa seperti ini untuk anak-anak memiliki pistol mainan dan digunakan
untuk perang melawan anak jalan sebelah.
Entah kenapa akupun gak tahu apa yang melatarbelakangi permasalahan
setiap tahun sekali ini saat bulan puasa tiba. Padahal di hari-hari biasa tak
ada masalah dengan anak jalan sebelah. Karena setiap kali jalan melewati jalan
mereka gak ada yang berani ganggu aman-aman aja kok, namun tiap kali bulan puasa kayak gini pasti
langsung ada gencatan senjata. Hahaha..
Sampai sekarang aku ga tahu apa pemicu gencatan senjata bagi para
anak-anak pada saat itu. Orang dewasa gada yang ikut dengan hal semacam itu,
seingatku hanya ada anak SMP yang paling tertua di tim perang itu.
Awal mula permasalahan selalu ada masalah pertama kali dari
seseorang yang bilang “wooiii, aku tadi ditembaki pake shotgun sama orang itu..”
erangnya kesakitan sambil mengelus punggungnya. entah ini benar atau engga
akupun heran. Tapi yang pasti... inilah saatnya. Hahahaha..
Lalu salah satu diantara kami sebagai orang yang pandai sekali
mengangkat semangat kemiliteran kami berteriak “semuanya siapkan senjata” teriaknya lantang. Maka,
pada saat itu semua telah siap dengan senjatanya masing-masing dan mulai
mempersiapkan taktik.
Waktu itu aku gapunya senjata mainan seperti mereka, aku hanya bisa
minjam-minjam untuk mencoba sekali menembak sasaran yang mereka coba bidik.
Bagaimana tidak, orangtuaku tak memperbolehkanku untuk punya senjata seperti
itu karena takut kena mata orang karna bisa buta.
Besoknya, kami rame-rame menemui anak jalan
sebelah dengan gagah berani dengan memegang pistol masing-masing. Lalu, di
sebuah tempat anak yang kami temui lari dan lalu hilang entah kemana. Sejak itu
dia langsung mengabari teman-temannya (maybe)
kalau dia udah hampir celaka. Maka, dimulailah gencatan senjata itu.
"apa? maju klen kalau berani !!" teriak anak jalan sebelah "apa? kau sini maju kalau berani!!!.." sahut temanku. Begitulah mereka saling bersahut-sahutan sampai berselang beberapa menit tapi tak ada pergerakan sedikitpun.
"itu orangnya yang nembak aku tadi.. awas kau!! dapatku aja kau tengoklah." teriaknya sambil menunjuk orang yang uda nembak temanku yang mengadu tadi.
Pengalaman tahun sebelumnya, orang yang jadi sasaran akan tidak aman jika ketemu dijalan, pasti dia akan disekap dan ditawan dibawa ke markas lawan. Sepertinya keadaannya tidak aman untuk beberapa hari kedepan jika ketemu di jalan. hahaha..
"itu orangnya yang nembak aku tadi.. awas kau!! dapatku aja kau tengoklah." teriaknya sambil menunjuk orang yang uda nembak temanku yang mengadu tadi.
Pengalaman tahun sebelumnya, orang yang jadi sasaran akan tidak aman jika ketemu dijalan, pasti dia akan disekap dan ditawan dibawa ke markas lawan. Sepertinya keadaannya tidak aman untuk beberapa hari kedepan jika ketemu di jalan. hahaha..
Perang ini gak anarkis, gada yang bawa batu dan kemudian dilemparkan.
Semua bersih menggunakan pistol mainan.
Lalu disaat itu, aku diri dibarisan depan dengan harapan akan ada
orang yang bakal aku tarik dan nanti kami sekap di persembunyian. Ternyata na’as
waktu posisi kami berdekatan, ada seorang yang lebih berani merangsek ke kami
dan tertangkaplah aku sama mereka. Kalau posisi saling berdekatan kayak gitu
peluru yang kenak ke badan kami bakal makin terasa sakit, itu sebabnya posisi
terdekat lebih bagus.
Sebagian yang memakai senjata berjenis SNIPER berada di jarak yang
cukup jauh dari atap-atap untuk menembaki mereka.
Tak disangka, ketika aku tertangkap teman-temanku berteriak untuk
mengambil keputusan mundur “semuanyaaaaaa, mundurrrrr...!!” ujar salah satu
temanku dengan suaranya (aku sudah lupa dengan nama-nama mereka, wajar ingatan
anak SD).
Aku bingung kenapa mereka biarin aku ditangkap. Aku dibawa kesebuah
tempat persembunyian mereka, kayaknya itu salah satu rumah dari mereka. Tangan dan
kakiku diikat dengan tali didudukkan dilantai. Sialan pikirku, dengan pikiran
kacau, aku tak tahu akan diapakan sama mereka.
Tak lama berselang teman-temanku kembali menyerang dan membuat para
lawan kembali bergerak kedepan dan aku dibiarkan sendiri tanpa penjagaan.
Ternyata mereka buat strategi untuk mengalihkan perhatian lawan, sebagian
temanku memutar arah dan masuk dari belakang dan manjat ke atas gerbang untuk
membebaskanku. Wauuwww, sungguh penyelematan yang heroik..
Saat semua ikatan sudah dilepas, kamipun bergegas lari keluar
sekencang-kencangnya. Luar biasa, ternyata teman-temanku tak seperti apa yang
aku pikirkan ketika aku ditangkap. Entah itu ide siapa akupun merasa dia hebat.
Kupikir aku akan ditembaki dengan enaknya sama mereka dan bakal punya
bintik-bintik merah di sekujur tubuhku. Untunglah hal itu tak terjadi.
Setahun Kemudian..............
Belajar dari pengalaman tahun lalu, aku nabungin uang jajan untuk
bisa beli senapan mainan berjenis SNIPER. Teman-temanku udah mulai bagus
persenjataannya, beberapa sudah memiliki Shotgun, STEYR AUG, sejenis AK-47 dan sebagian
diantaranya pistol biasa yang dikokang pake tangan kiri dengan dimiringkan akan
lebih banyak mengeluarkan peluru dengan cepat (bisa diilustrasikan kan?). Tapi
setelah kupikir-pikir dengan menggunakan pistol kecil biasa itu akan terlihat
lebih “cool” karena cara memakainya,
hanya memang makanannya kurang jauh aja. Layaknya film James Bond dengan gaya menembak pistol di kedua tangannya. Namun ini satu saja tapi orang yang pakai pistol ini sepertinya terlihat lebih gentle dan keren banget.. Yang pake pistol bisa lompat kesana kemari dengan cepat sambil dalam keadaan menembak. Kokang tembak, kokang tembak. Begitulah dengan mudahnya dikarenakan ukurannya yang tidak besar. Yahh, gitulah. kali ini ceritanya aku udah
punya senjata tanpa sepengetahuan orangtuaku.
Perang itupun dimulai lagi dengan tanpa alasan juga, entah kenapa
selalu disaat yang sama. Aku menyebutnya “perang rutin”.
“Tembak i aja orang itu sampai mundur, orang itu kesakitan dan lari
kocar kacir tandanya kita menang. Ngerti klen woiii?” ujar temanku paling
berani. “Ngerti...!!” jawab kami.
Kali ini aku seperti di film-film action dengan kacamata hitam di mataku.
Karena teringat tahun lalu mamakku tahu perang itu. Dan tahun ini dia
mengingatkanku kalau main tembak-tembakkan itu bahaya apalagi kalau kena mata.
Jadi aku lindungi mataku dengan kacamata yang kubeli dari hasil tabunganku tadi
juga. Hebat yaaaa. niat banget.. wkwkwk...
Cara kerja senjataku dikokang dengan menarik kokangannya dari atas
kebawah lalu menarik pelatuknya. Jauh juga makanannya, sengaja supaya aku bisa
menjaga jarak aman dengan mereka agar tak ditangkap lagi. wkwkwk.. Seram kalau
disekap euyyyy..
Kami main dari segala sisi, untuk mengepung mereka. wauwww, terkejut
bukan main ternyata temanku ada yang gunain petasan. kalau perang beneran ini
kayak bom karena suaranya yang keras. hahaha....
Tapi gunain petasan itu ternyata ganggu kenyamanan warga sekitar.
Orang-orang dewasa dan orangtua keluar dari rumahnya dan memarahi kami. Kami
harus bubar dulu bentar sampai orang-orang itu kembali kekamarnya masing2.
wkwkwk..
Sepertinya kami mengira kami menang saat itu, karna kami main
dengan perlengkapan senjata terbaik kami. Wauwww, seru sekali memang. Dan
mereka berhasil kami pukul mundur..
Aku lupa gimana perang itu bisa selesai. Tapi tiap kali takbiran pasti
perang itu stop dan gada keributan lagi. Jalanan ramai tapi
bergandeng-gandengan. hehehe....
Hmmm, aku ikut dengan teman-temanku yang sedang lagi takbiran. Eh,
salah seorang dari musuh kami ternyata berada di masjid itu dan tampak seperti
tak ada masalah. Santai aja tuhh..
ya, memang aneh. perang itu hanya perang senjata, gada yang namanya
sampai numpahin darah. Sekapan atau penculikanpun tak ada yang sampai lakuin
pemukulan. Perang itu tetap jaga aturan meskipun gak tertulis. Sungguh, perang
yang aneh tapi mengesankan banget..
Setelah masa itu selesai, anak-anak akan berganti permainan kayak main
kelereng, selanjutnya bermain gambar, layang-layang and so on and so on.
Hehehe.. Sesekali kami bermain patok
lele dilapangan bola. Dan ada permainan kotak rokok, yang sampai sekarang apa
esensi dari bertaruh kotak rokok itu aku ga tahu sama sekali. Cara mainnya,
kotak rokok itu di bukak dan taruhannya dengan cara menendang kotak rokok itu
dan lawan menjadi kiper supaya kotak rokoknya tidak gol. Kalau gol jadi milik
penendang, sedangkan kalau tertangkap jadi milik kiper. Hahahaha. ini aneh..
tapi seru juga. tekniknya perlu banyak belajar.
Ya, masa kecilku dulu itu sangat menyenangkan sekali. Ga peduli
teriknya matahari. Semua ga terasa ketika bermain bersama teman-teman.
Setahun kemudian....
Aku gak lagi ikut dengan perang itu, karena aku harus pindah
kembali ke kota medan. Di kota Medan, aku ga nemuin ada perang semacam itu lagi.
Semua ada tapi selain perang sama permainan kotak rokok itu. Paling gunain
pistol hanya untuk nembak sasaran seperti kaleng dan burung yang sedang bertengger
di atap rumah. Tapi gak apalah. Semua memang harus berubah. Dan memang sekarang
semua telah berubah ketika negara gawai (gadget) menyerang. Hahahaha.
Dulu anak-anak suka main bareng, sekarang anak-anak main dengan
dunianya sendiri. Hikzhikzhikz... miris banget ya..
#saveOurChild.. #iniCeritakuManaCeritamu..
Source : My Historical
0 Response to " Masa SD-ku harus ikut berperang "
Posting Komentar
silahkan berikan komentar Anda