ANDYWALL

IDENTIFY YOUR PASSION THEN DESIGN YOUR FUTURE

Masa SD-ku harus ikut berperang


“Serang......” teriak barisan depan teman-temanku dengan tanpa takut sedikitpun. aku ada di barisan depan juga tapi gada megang senjata sama sekali, modal nekat dengan tangan kosong aku beranikan diri di barisan itu dengan tujuan dapatin salah satu dari mereka untuk disekap dan ditawan.

“bawak dia sini, tarik cepat....” dengan suara tergesa-gesa lawan kamipun menarikku sampai kebelakang dan tetap menembak dengan pistol masing-masing untuk tetap dalam posisi bertahan dan sedikit demi sedikit mundur ke markas mereka. Waktu itu aku merasa ketakutan dan gatau mau ngelakuin apa. Aku sempat ngelawan sampe gabisa diri karna diseret dengan sangat tangguh sama mereka.

Tak disangka aku yang rencana awal seharusnya bisa menarik salah satu dari antara mereka ternyata malah sebaliknya. Dasar anak bodoh... hahaha..

Ya.. ini semasa kecilku saat masih duduk di bangku SD kelas 4 di bagian kota siantar tepatnya di jalan nagur, menjadi budaya setiap kali di bulan puasa seperti ini untuk anak-anak memiliki pistol mainan dan digunakan untuk perang melawan anak jalan sebelah.

Entah kenapa akupun gak tahu apa yang melatarbelakangi permasalahan setiap tahun sekali ini saat bulan puasa tiba. Padahal di hari-hari biasa tak ada masalah dengan anak jalan sebelah. Karena setiap kali jalan melewati jalan mereka gak ada yang berani ganggu aman-aman aja kok, namun tiap kali bulan puasa kayak gini pasti langsung ada gencatan senjata. Hahaha..

Sampai sekarang aku ga tahu apa pemicu gencatan senjata bagi para anak-anak pada saat itu. Orang dewasa gada yang ikut dengan hal semacam itu, seingatku hanya ada anak SMP yang paling tertua di tim perang itu.

Awal mula permasalahan selalu ada masalah pertama kali dari seseorang yang bilang “wooiii, aku tadi ditembaki pake shotgun sama orang itu..” erangnya kesakitan sambil mengelus punggungnya. entah ini benar atau engga akupun heran. Tapi yang pasti... inilah saatnya. Hahahaha..

Lalu salah satu diantara kami sebagai orang yang pandai sekali mengangkat semangat kemiliteran kami berteriak “semuanya siapkan senjata” teriaknya lantang. Maka, pada saat itu semua telah siap dengan senjatanya masing-masing dan mulai mempersiapkan taktik.

Waktu itu aku gapunya senjata mainan seperti mereka, aku hanya bisa minjam-minjam untuk mencoba sekali menembak sasaran yang mereka coba bidik. Bagaimana tidak, orangtuaku tak memperbolehkanku untuk punya senjata seperti itu karena takut kena mata orang karna bisa buta.
Besoknya, kami rame-rame menemui anak jalan sebelah dengan gagah berani dengan memegang pistol masing-masing. Lalu, di sebuah tempat anak yang kami temui lari dan lalu hilang entah kemana. Sejak itu dia langsung mengabari teman-temannya (maybe) kalau dia udah hampir celaka. Maka, dimulailah gencatan senjata itu.
"apa? maju klen kalau berani !!" teriak anak jalan sebelah "apa? kau sini maju kalau berani!!!.." sahut temanku. Begitulah mereka saling bersahut-sahutan sampai berselang beberapa menit tapi tak ada pergerakan sedikitpun. 
"itu orangnya yang nembak aku tadi.. awas kau!! dapatku aja kau tengoklah." teriaknya sambil menunjuk orang yang uda nembak temanku yang mengadu tadi. 
Pengalaman tahun sebelumnya, orang yang jadi sasaran akan tidak aman jika ketemu dijalan, pasti dia akan disekap dan ditawan dibawa ke markas lawan. Sepertinya keadaannya tidak aman untuk beberapa hari kedepan jika ketemu di jalan. hahaha..
  
Perang ini gak anarkis, gada yang bawa batu dan kemudian dilemparkan. Semua bersih menggunakan pistol mainan.

Lalu disaat itu, aku diri dibarisan depan dengan harapan akan ada orang yang bakal aku tarik dan nanti kami sekap di persembunyian. Ternyata na’as waktu posisi kami berdekatan, ada seorang yang lebih berani merangsek ke kami dan tertangkaplah aku sama mereka. Kalau posisi saling berdekatan kayak gitu peluru yang kenak ke badan kami bakal makin terasa sakit, itu sebabnya posisi terdekat lebih bagus.

Sebagian yang memakai senjata berjenis SNIPER berada di jarak yang cukup jauh dari atap-atap untuk menembaki mereka. 

Tak disangka, ketika aku tertangkap teman-temanku berteriak untuk mengambil keputusan mundur “semuanyaaaaaa, mundurrrrr...!!” ujar salah satu temanku dengan suaranya (aku sudah lupa dengan nama-nama mereka, wajar ingatan anak SD).

Aku bingung kenapa mereka biarin aku ditangkap. Aku dibawa kesebuah tempat persembunyian mereka, kayaknya itu salah satu rumah dari mereka. Tangan dan kakiku diikat dengan tali didudukkan dilantai. Sialan pikirku, dengan pikiran kacau, aku tak tahu akan diapakan sama mereka.

Tak lama berselang teman-temanku kembali menyerang dan membuat para lawan kembali bergerak kedepan dan aku dibiarkan sendiri tanpa penjagaan. Ternyata mereka buat strategi untuk mengalihkan perhatian lawan, sebagian temanku memutar arah dan masuk dari belakang dan manjat ke atas gerbang untuk membebaskanku. Wauuwww, sungguh penyelematan yang heroik..

Saat semua ikatan sudah dilepas, kamipun bergegas lari keluar sekencang-kencangnya. Luar biasa, ternyata teman-temanku tak seperti apa yang aku pikirkan ketika aku ditangkap. Entah itu ide siapa akupun merasa dia hebat. Kupikir aku akan ditembaki dengan enaknya sama mereka dan bakal punya bintik-bintik merah di sekujur tubuhku. Untunglah hal itu tak terjadi.

Setahun Kemudian..............
Belajar dari pengalaman tahun lalu, aku nabungin uang jajan untuk bisa beli senapan mainan berjenis SNIPER. Teman-temanku udah mulai bagus persenjataannya, beberapa sudah memiliki Shotgun, STEYR AUG, sejenis AK-47 dan sebagian diantaranya pistol biasa yang dikokang pake tangan kiri dengan dimiringkan akan lebih banyak mengeluarkan peluru dengan cepat (bisa diilustrasikan kan?). Tapi setelah kupikir-pikir dengan menggunakan pistol kecil biasa itu akan terlihat lebih “cool” karena cara memakainya, hanya memang makanannya kurang jauh aja. Layaknya film James Bond dengan gaya menembak pistol di kedua tangannya. Namun ini satu saja tapi orang yang pakai pistol ini sepertinya terlihat lebih gentle dan keren banget.. Yang pake pistol bisa lompat kesana kemari dengan cepat sambil dalam keadaan menembak. Kokang tembak, kokang tembak. Begitulah dengan mudahnya dikarenakan ukurannya yang tidak besar. Yahh, gitulah. kali ini ceritanya aku udah punya senjata tanpa sepengetahuan orangtuaku.
kira-kira kayak gini nih senjata yang aku punya dari hasil menabung. Mantep kan. kokangnya dari atas ke bawah, terus ada bidikannya juga. jadi enak banget nembak lawan dari jarak yang jauh. biar ga ketangkep lagi. Trauma hahaha.

Perang itupun dimulai lagi dengan tanpa alasan juga, entah kenapa selalu disaat yang sama. Aku menyebutnya “perang rutin”.

“Tembak i aja orang itu sampai mundur, orang itu kesakitan dan lari kocar kacir tandanya kita menang. Ngerti klen woiii?” ujar temanku paling berani. “Ngerti...!!” jawab kami.

Kali ini aku seperti di film-film action dengan kacamata hitam di mataku. Karena teringat tahun lalu mamakku tahu perang itu. Dan tahun ini dia mengingatkanku kalau main tembak-tembakkan itu bahaya apalagi kalau kena mata. Jadi aku lindungi mataku dengan kacamata yang kubeli dari hasil tabunganku tadi juga. Hebat yaaaa. niat banget.. wkwkwk...

Cara kerja senjataku dikokang dengan menarik kokangannya dari atas kebawah lalu menarik pelatuknya. Jauh juga makanannya, sengaja supaya aku bisa menjaga jarak aman dengan mereka agar tak ditangkap lagi. wkwkwk.. Seram kalau disekap euyyyy..

Kami main dari segala sisi, untuk mengepung mereka. wauwww, terkejut bukan main ternyata temanku ada yang gunain petasan. kalau perang beneran ini kayak bom karena suaranya yang keras. hahaha....

Tapi gunain petasan itu ternyata ganggu kenyamanan warga sekitar. Orang-orang dewasa dan orangtua keluar dari rumahnya dan memarahi kami. Kami harus bubar dulu bentar sampai orang-orang itu kembali kekamarnya masing2. wkwkwk..

Sepertinya kami mengira kami menang saat itu, karna kami main dengan perlengkapan senjata terbaik kami. Wauwww, seru sekali memang. Dan mereka berhasil kami pukul mundur..

Aku lupa gimana perang itu bisa selesai. Tapi tiap kali takbiran pasti perang itu stop dan gada keributan lagi. Jalanan ramai tapi bergandeng-gandengan. hehehe....

Hmmm, aku ikut dengan teman-temanku yang sedang lagi takbiran. Eh, salah seorang dari musuh kami ternyata berada di masjid itu dan tampak seperti tak ada masalah. Santai aja tuhh..

ya, memang aneh. perang itu hanya perang senjata, gada yang namanya sampai numpahin darah. Sekapan atau penculikanpun tak ada yang sampai lakuin pemukulan. Perang itu tetap jaga aturan meskipun gak tertulis. Sungguh, perang yang aneh tapi mengesankan banget..

Setelah masa itu selesai, anak-anak akan berganti permainan kayak main kelereng, selanjutnya bermain gambar, layang-layang and so on and so on. Hehehe..  Sesekali kami bermain patok lele dilapangan bola. Dan ada permainan kotak rokok, yang sampai sekarang apa esensi dari bertaruh kotak rokok itu aku ga tahu sama sekali. Cara mainnya, kotak rokok itu di bukak dan taruhannya dengan cara menendang kotak rokok itu dan lawan menjadi kiper supaya kotak rokoknya tidak gol. Kalau gol jadi milik penendang, sedangkan kalau tertangkap jadi milik kiper. Hahahaha. ini aneh.. tapi seru juga. tekniknya perlu banyak belajar.

Ya, masa kecilku dulu itu sangat menyenangkan sekali. Ga peduli teriknya matahari. Semua ga terasa ketika bermain bersama teman-teman.

Setahun kemudian....
Aku gak lagi ikut dengan perang itu, karena aku harus pindah kembali ke kota medan. Di kota Medan, aku ga nemuin ada perang semacam itu lagi. Semua ada tapi selain perang sama permainan kotak rokok itu. Paling gunain pistol hanya untuk nembak sasaran seperti kaleng dan burung yang sedang bertengger di atap rumah. Tapi gak apalah. Semua memang harus berubah. Dan memang sekarang semua telah berubah ketika negara gawai (gadget) menyerang. Hahahaha.

Dulu anak-anak suka main bareng, sekarang anak-anak main dengan dunianya sendiri. Hikzhikzhikz... miris banget ya..

#saveOurChild.. #iniCeritakuManaCeritamu..
Source : My Historical

0 Response to " Masa SD-ku harus ikut berperang "

Posting Komentar

silahkan berikan komentar Anda